Bagi saya Klentheng ini sangat familier, disamping letaknya yang memang cukup dekat dengan tempat tinggal saya, klentheng ini juga sebagi tempat bermain saat saya masih kecil. Apalgi saat perayaan Sam Poo Taijin dimana selama satu bulan penuh ada pertunjukan wayang kulit seharian baik siang maupun malam harinya sebelum acara puncak berupa permainan liong dan barongsai yang diarak sepanjang jalan menuju klentheng.
Dulunya, klentheng ini dibangun sebagai penghormatan kepada Laksamana Cheng Ho, seorang pelaut dan duta dari negeri Cina yang singgah di Pulau Jawa sekitar zaman Kerajaan Majapahit (abad 15 M). Peristiwa itu diabadikan pada sebuah relief yang terletak di bagian belakang klentheng induk. Saya sempat membuat foto dokumentasi (sayang saya tidak melakukan skets) sebelum area itu ditutup untuk pengunjung umum dan hanya para umat kong hu chu yang akan melakukan sembahyangan dan orang yang diberi izin khusus diperbolehkan masuk.
Sejak saya kecil, sekitar tahun 1970-an sampai sekarang terjadi perbaikan dan restorasi, tetapi sekitar tahun 2002 secara bertahap terjadi perombakan total terhadap klentheng tersebut. Bangunan lama di rubuhkan dan diganti dengan bangunan baru yang memang jauh lebih megah! Bagi saya pibadi terdapat sesuatu yang hilang setiap kali saya mengunjungi klentheng ini. Sebuah kenangan lama yang indah tak akan tergantikan dengan suasana macam apapun meski suasana itu jauh lebih mewah dan megah!
Saya sempat mengabadikan bangunan lama ini dalam buku skets saya, sekitar akhir th 2001 dan awal 2005. Mungkin skets tersebut akan memberikan gambaran sekilas tentang kondisi klentheng Sam Poo Kong versi lama, meski hanya bagian depan pada sisi utara dan selatan gerbang masuk area klentheng.
Gerbang Selatan Klentheng Sam Poo Kong (sketch on location pada Desember 2001)
Gerbang Utara Klentheng Sam Poo Kong (sketch on location pada Desember 2001)
Patung singa di Gerbang Utara Klentheng Sam Poo Kong (sketch on location pada Desember 2001). Patung singa buatan th 1938 sampai sekarang masih utuh, saat ini diletakkan di depan halaman klenteng dan tidak lagi sebagai patung penjaga pintu gerbang.
Gerbang Utara Klentheng Sam Poo Kong dalam watercolor sketch (sketch on location pada April 2005). Saat saya mensket bangunan ini, pintu gerbang selatan sudah dibongkar. setahun kemudian saat saya dating lagi bangunan ini sudah hilang!
Klentheng Sam Poo Kong Sekarang.
Bangunan utama/induk dengan patung Laksamana Cheng Ho di halaman depan (sketch on location pada Oktober 2008)
Lanskap Klentheng Sam Poo Kong, dari pintu gerbang selatan sampai gerbang utara serta beberapa sketsa detail lampion, tempat sampah dan sepasang patung singa penjaga gerbang versi lama.(sketch on location pada Novenber 2009)
Pintu Gerbang Utara (sketch on location pada Novenber 2009)
Patung Laksamana Cheng Ho dengan delapan patung dewa pelindung lautan yang mengelilinginya. Bagian kiri atas merupakan detail ornamen handel pintu gerbang bagian selatan. (sketch on location pada Novenber 2009)
Potret saya saat melakukan skets lokasi di halaman klentheng dengan pintu gerbang selatan sebagai objeknya.
5 comments:
gimana pak cara mengakali supaya tidak capek saat skets dengan berdiri sementara di sekitar kita tidak ada sandaran?
ataukah kita tetap duduk dan kita membayangkan seakan kita dengan sudut pandang mata burung?
ada baiknya sebelum nyeket kita tentukan angle sekaligus tempat yg nyaman dan aman, baru aktion.
kalau harus berdiri ya itu konsekuensi mas hehehe... tp kita tetap bisa melakukannya kok, buat dulu garis besar objek yg diseket secara cepat. saat mulai mendetail dan mewarnai bisa pilih tempat yg aman dan nyamanserta tetap bisa melihat objek secara langsung.
jangan membayangkan angle lain, repot mas... sedapat mungkin antara angle dan hasil sketsa sama.
Fabulous post! And I love the banner flag you have up on Urban Sketchers right now.
Thank you for your visit to my blog, Raena.
Selamat ketemu lagi Mas Dhar terlalu lama ya ini Toha Adik kelasmu dulu
Post a Comment