Kelompok kesenian keliling ini terdiri dari satu keluarga dengan lima orang anak, salah satunya satunya berusia sekitar satu tahunan. Mereka berasal dari Gubeng-Surabaya. Di Jakarta mereka tinggal di Tanah Abang. Saya mensketsnya di pelataran TIM (Taman Ismail Marzuki) Jakarta Pusat pada malam hari pkl 20.00 wib. Kelompok serupa banyak kita jumpai di sudut-sudut Ibu kota dengan berbagai ragam jenis keseniannya. Mereka mencoba bertahan hidup dengan seni tradisi yang rata-rata mereka warisi secara turun-temurun. Ironis memang, satu sisi mereka berperan melanggengkan seni tradisi sementara di sisi lain kehidupan mereka sangat tergantung oleh simpati orang saat mereka pentas' di pinggiran jalan....
Meski ada pihak berwenang yg konsen dlm menangani masalah ini dan jangan hanya bisa mersa kebakaran jenggot saat mereka/budaya ini diakui oleh pihak lain!
Semoga....
Salah satu adegan dalam pementasan kuda lumping. Api seakan tersembur dari mulut mereka, kemudian dengan api menyala mereka padamkan api itu di dengan cara memasukkannya ke dalam mulut...
Satu atraksi yang tentu saja tidak boleh ditiru bagi mereka yang bukan ahlinya!
4 comments:
Gosto da mancha de cor! Muito bonito!
Ya ampun! Ini cantik sekali... *masih bertanya2 bagaimana cara coloring nya itu bisa menghadirkan suasana malam* Cantik sekali.
ps: Mohon kritik dan sarannya untuk sketsa2 saya selanjutnya di blog, ya mas cedhar..
ingin skali meng-upgrade skill sketsa.
Thanks
@Rosario: Thank you...
@Arie: trims Mas, sebenarnya hampir sama dg skets saat siang hari, hanya saja saat malam, pencahayaan/gelap terangnya dibuat lebih ekstrim sesuai cahaya yg jatuh pd modelnya. untuk background dibuat gelap. pengertian gelap disini tidak harus hitam ya, bisa campuran dr warna gelap yg lain dan tergantung juga dg kecenderungan warna cahaya yg ada.
Nanti sy akan mampir di blog anda.
tks atas apresiasinya....
trims ,mas. sya belum punya blog sendiri. Untuk smentara mengisi di blog indonesian sketchers kita.
Salam sketsa.
Post a Comment