Wednesday, October 27, 2010

REPARASI SEPATU

Bang Aas, panggilan bapak ini yang berasal dari garut dan berprofesi sebagai tukang reparasi sepatu, tas, jaket dll. Beliau merantau ke Jakarta sejak tahun 1998. Sebelumnya dia bermukim di kawasan Pulo Gadung sebelum akhirnya nmenempati sebuah sudut di bagian atas Taman Puring yang merupakan sentra jual beli baik barang baru maupun sekon dengan harga yang cukup miring. Saat ini, Bang Aas ditemani oleh seorang kerabat yang juga berprofesi sama dengannya.

Tuesday, October 26, 2010

DINAMIKA PASAR MAYESTIK

Dua kali saya menskets Pasar Mayestik dengan sudut pandang yang hampir sama, dan dua kali juga saya mendapatkan obyek yang nyaris berbeda.
Pertama, saya skets pada 6 November 2009 pkl. 17.24 WIB dimana bangunan induk tempat para pedagang berjualan berbagai macam barang dan jasa masih berdiri tegak.
Kedua; saya skets pada 28 September 2010 pkl. 15.53 dimana bangunan induk sudah diratakan dengan tanah dan diberi batas berupa pagar/dinding dari seng.
Tetapi ada satu hal yang hampir sama. yaitu posisi para pedagang di luar area gedung induk yang  tidak berubah dan hanya mengalami pengembangan tempat mereka berdagang.
Ini merupakan pasar ketiga di Jakarta yang sempat saya kunjungi, sebelumnya adalah Pasar Santak dan Pasar Cikini, dimana kedua pasar tersebut juga sudah berubah dan digantikan dengan bangunan baru yang lebih megah...

Monday, August 23, 2010

SAAT HUJAN TIBA

Beberapa sketsa ini saya buat saat hujan berlangsung, baik saat sedang di rumah maupun di luar rumah...

Skets saya buat saat berteduh di jembatan penyeberangan/halte busway Setia Budi, Kuningan Jkt, setelah kumpul dg temen2 IS di Taman Suropati. Meski secara langsung tidak kehujanan tetapi angin berhembus kencang, tanpa sy sadari seluruh bagian tubuh belakang sy sudah basah kuyup, termasuk sketchbook yg sy pegang.
Coloring sy lakukan setelah sampai di rumah, dan tentu saja setelah sketchbook kering...

Hujan besar berlangsung saat saya berada di kios buku di Pondok Pinang Jaksel. Setelah hujan berhenti kemacetan parah terjadi. Seorang 'pengamen' memanfaatkan moment ini untuk mencari nafkah dengan monyet tumpuan hidupnya... (terkesan aneh memang, seorang manusia menggantungkan hidupnya dari keahlian seekor monyet!)

Sebuah pohon yg cantik, sekaligus sebagai peneduh di kawasan niaga Pondok Indah. Saya mensketsnya sambil berteduh menunggu hujan reda...

Gerimis seharian, tak banyak yang bisa dilakukan...
Saya 'ambil' obyek ini di sebuah kamar kost di daerah Cilandak, Jaksel...

Air seakan tercurah dari langit... semuanya basah, juga seekor katak lewat di dekat pot. Meski musim hujan, tetapi tak lagi terdengar nyanyiannya, mungkin populasi mereka semakin berkurang karena lahan mereka berubah menjadi bangunan perumahan yg padat penghuni...

Thursday, August 5, 2010

TRIBUTE TO PEPENG

Merupakan aktivitas sosial dari seniman gambar di seluruh Indonesia dan sebagai upaya memecahkan rekor Muri. Sekitar 250 seniman dari berbagai bidang profesi, seperti kartunis, ilustrator, desainer grafis, sketchers dll berkarya dan menghasilkan hampir 800 karya. Tema utama adalah mengangkat sosok Pepeng (artis era 70-80 an yg terkenal sebagai pembawa acara Jari-jari...) dari berbagai sudut pandang.
Penghargaan rekor Muri diberikan oleh Jaya Suprana pada program acara Kick Andy di studio Metro TV pada 4 Agustus 2010.
Kegiatan ini dimotori oleh PAKARTI Jakarta (Paguyuban Kartunis Indonesia) dan didukung oleh beberapa komunitas gambar diantaranya Indonesia’s Sketchers, Komunitas Ilustrator Anak, Komunitas seni WPAP (Wedha Pop Art Production) dll.

Berikut adalah hasil ‘reportase sketsa’ saat acara tersebut berlangsung...

Rombongan ‘kaum Gambaris’ Indonesia sedang dalam bus,
perjalanan dari TIM menuju studio Metro TV.

Patung besar di lobby studio...


Pak Dwi Koen, saat sebelum acara dimulai...

Panggung yang masih kosong, menjelang pengambilan gambar dalam acara TV; Kick Andy.

Suasana panggung utama saat wawancara berlangsung; Jaya Suprana, Pepeng dan Andy F. Noya.

Kaum Gambaris kumpul di TIM dan di Netro TV...

Media: Photoshop, Kenko Hi-Tech-H gel pen, Drawing pen dan cat air di atas kertas (sketchbook 15 x 9,5 cm, double page).

Wednesday, July 14, 2010

MEREKA YANG BERTAHAN HIDUP DENGAN KESENIAN TRADISIONAL ADI LUHUNG


Kelompok kesenian keliling ini terdiri dari satu keluarga dengan lima orang anak, salah satunya satunya berusia sekitar satu tahunan. Mereka berasal dari Gubeng-Surabaya. Di Jakarta mereka tinggal di Tanah Abang. Saya mensketsnya di pelataran TIM (Taman Ismail Marzuki) Jakarta Pusat pada malam hari pkl 20.00 wib. Kelompok serupa banyak kita jumpai di sudut-sudut Ibu kota dengan berbagai ragam jenis keseniannya. Mereka mencoba bertahan hidup dengan seni tradisi yang rata-rata mereka warisi secara turun-temurun. Ironis memang, satu sisi mereka berperan melanggengkan seni tradisi sementara di sisi lain kehidupan mereka sangat tergantung oleh simpati orang saat mereka pentas' di pinggiran jalan....
Meski ada pihak berwenang yg konsen dlm menangani masalah ini dan jangan hanya bisa mersa kebakaran jenggot saat mereka/budaya ini diakui oleh pihak lain!
Semoga....


Salah satu adegan dalam pementasan kuda lumping. Api seakan tersembur dari mulut mereka, kemudian dengan api menyala mereka padamkan api itu di dengan cara memasukkannya ke dalam mulut...
Satu atraksi yang tentu saja tidak boleh ditiru bagi mereka yang bukan ahlinya!

Tuesday, June 22, 2010

INDONESIA'S SKETCHERS ON THE RADIO

Pada Senin 21 Juni 2010, siang yang panas membakar Jakarta, Indonesia's Sketchers (IS)  diundang oleh sebuah stasiun radio, Trax FM (101.4 FM) untuk wawancara on air seputar sketsa, khususnya di komunitas IS. Kami mewakili IS; Saya, Donald Saluling dan Toni Malakian berbincang bersama mbak Dewi dari TraxFM sebagai producer sekaligus pemandu acara mengawali perbincangan ini suasana yang ringan dan cair.
Respon dari pendengar yang memang ditujukan untuk kalangan muda belia  ini cukup baik. Banyak diantara mereka yang menanyakan tentang IS dan aktivitasnya, serta berkeinginan untuk bergabung serta belajar membuat sketsa. Tetapi ada satu pertanyaan yang sering mengganjal niat mereka; apakah membuat sketsa itu hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang mempunyai bakat saja, bagaimana dengan mereka yang tidak mempunyai bakat?
Jawaban kami tentu saja tidak! Karena pada dasarnya hasil karya (seni) merupakan sebuah proses dan dapat dipelajari. Kami yakin bila seseorang berkemauan dan secara intens berlatih akan mampu melakukan hal yang sama seperti yang kami lakukan: membuat sketsa!
Perbincangan singkat siang itu, saya rasa cukup memberi motivasi serta inspirasi bagi pendengar dan juga kami khususnya untuk terus mensosialisasi dan menggairahkan seni sketsa di negeri ini yang agaknya nyaris ditinggalkan....

Hasil sketsa saya selama wawancara berlangsung. Coloring sy menggunakan Photoshop karena fountain yang saya gunakan tidak waterproof.


Thursday, May 20, 2010

SKETCH SERIES #2 MUSEUM TAMAN PRASASTI

Saya lakukan dua kali kunjungan ke museum tersebut. Kunjungan pertama, saya datang sudah terlalu sore sekitar jam 17.00 wib dan hanya dapat menskets patung di depan museum. Sementara kunjungan kedua sekitar pukul 12.00 dan berakhir sekitar 15.30-an. Pada kunjungan kedua ini arcodeon sketchbook ini habis dengan dua halaman warna yg berhasil saya selesaikan selebihnya saya lanjut pewarnaan di rumah.


Suasana kompleks museum bagian dalam yang teduh dan dipenuhi pepohonan besar serta rindang menjadikan tempat ini terasa sejuk (atas). Kereta jenazah yang masih terkesan angker ini dahulunya untuk mengangkut jenazah dari sungai Ciliwung untuk disemayamkan di kamar jenazah sebelum dimakamkan (kiri bawah). Sebuah prasasti yang terbuat dari tembaga, berdiri megah diantara nisan-nisan lain (kanan bawah).

Patung malaikat yang berdiri di sebuah nisan keluarga (kiri). Patung seorang pendeta yang meninggal di Batavia (tengah) dan dua patung di sisi kanan halaman museum (kanan).

Patung marmer yang sangat indah ini menggambarkan seorang wanita menangis, susana  memilukan ini berhasil diabadikan lewat tangan trampil pematung Italia yang namanya terpahatt di bagian kanan bawah.

Prasasti untuk mengenang seorang perwira militer Belanda yang meninggal pada tahun 1853 di Batavia, sebutan Jakarta waktu itu.

Accordion Sketchbook sepanjang 192 cm menjadi sarana yang cocok untuk membuat sketch series sebuah objek sketsa dalam satu kali kunjungan karena jumlah halamannya yg relatif sedikit (12 halaman).

Tuesday, May 4, 2010

SKETCH SERIES #1 Kebun Binatang Ragunan

Pada seri ini saya membuat sendiri 'sketchbook' yg lebih dikenal sebagai archodeon sketchbook dari lembaran kertas (Canson 200grm) yang dipotong dengan ukuran setiap halamannya 16 x 10 cm kemudian dilipat dan disambung secara memanjang. Kelebihan format ini, salah satunya adalah kemampuan mengakomodir lebih banyak obyek serta cepat penuh karena halamannya yg relatif tipis (12 halaman) dimana sekali kunjungan ke suatu tempat targetnya sketchbook ini haruslah penuh.
Saat menyelesaikan proyek kecil ini, saya datang ke Ragunan dua kali, kunjungan pertama kurang dari 3 jam dengan sisa 3 halaman kosong, kemudian saya lanjutkan kunjungan dihari lain sekitar 2 jam, jadi total 5 jam sketchbook ini sudah penuh.

Gerbang Kebun Binatang Ragunan yang terletak di sisi utara dan sketch beberapa pelikan.


Beberapa binatang dari berbagai jenis yang saya skets dan masih ratusan bahkan ribuan lagi yang belum diskets. Saya berencana untuk melengkapinya dalam beberapa seri sketchbook.

Terasa agak lucu bila archodeon sketchbook ini didisplay, formatnya menjadi sangat panjang dan terasa tidak umum....

Thursday, April 1, 2010

SUATU HARI DI KOTA TUA

Penghujung Maret 2010 saya dan beberapa teman dari komunitas Indonesia's Sketchers melakukan skets bersama di seputar Museum Fatahillah Jakarta. Kegiatan ini merupakan rangkaian pengambilan gambar untuk acara TV program sebuah stasiun tv lokal.
Berikut beberapa skets yang saya buat selama acara berlangsung dan saat perjalanan pulang ke rumah.

Figur 1
Lalu lalang pengunjung dan pedagang yg berada di halaman museum Fatahillah dan seorang sketchers dari Indonesia's Sketchers sedang 'merekam' suasana di sekitarnya. 

Kenko Hi-TECH-H gel pen #0,28 black, cat air di atas Canson Creative Sketch Journal A4.

Figur 2
Pengunjung, pedagang minuman keliling dan fotografer di halaman museum.

Kenko Hi-TECH-H gel pen #0,28 black, cat air di atas Canson Creative Sketch Journal A4.

Di depan Warung Padang samping Museum Fatahillah.
Hujan turun cukup deras sehabis kami makan siang bersama di sebuah warung tenda samping museum Fatahillah. Karena tempat yg tidak mencukupi untuk kami berlima maka kami pindah tempat yg agak luas yakni di depan Warung Padang. Sambil menunggu hujan reda kami melakukan sketch apa yg kami lihat...

Kenko Hi-TECH-H gel pen #0,28 black, cat air di atas Plain Notebook A6.

Dasaad Musin Concern Building
Sebuah Gedung yg nyaris menjadi puing, tinggal menunggu waktu saja. Setahun lalu kondisinya juga memperihatinkan dengan lebatnya tumbuhan benalu, kini benalu itu nyaris bersih tetapi dampak yg ditinggalkan sangat dasyat!
Pada era 1950-an gedung ini pernah menjadi showroom mobil untuk agen General Motor (Cadillac, Chevrolet, Pontiac dll). pemiliknya seorang bumi putra, Mr Dasaad yang cukup dekat dg Bung Karno.

Pigma Micron black 0,05; 0,1; 0,2 dan  cat air di atas Canson Creative Sketch Journal A4.


Penumpang Busway Koridor I.
Sengaja saya 'tumpuk' obyek yg saya skets ini, karena mereka terus bergerak dan bergeser. Goncangan di kursi paling belakang sangat tidak nyaman untuk menggores, berbeda dengan kursi di bagian tengah.

Kenko Hi-TECH-H gel pen #0,28 black, di atas Plain Notebook A6.

Penumpang Busway Koridor I dan seorang penjual roti bakar. 
Saya tidak tahu pasti apakah dia memang penggemar The Rolling Stones (TRS) atau hanya kaosnya saja, mengingat orang ini terlalu muda saat TRS berkibar...

Kenko Hi-TECH-H gel pen #0,28 black, di atas Plain Notebook A6
.

Foto beberapa saat sebelum kami bubar....

Thursday, March 25, 2010

SKETS DI RS FATMAWATI JAKSEL

RS Fatmawati,Jakarta Selatan.
Saya menyempatkan skets ini saat hunting foto sebuah papan peringatan untuk kawasan bebas asap rokok untuk sebuah kampanye pengendalian asap tembakau terhadap kesehatan oleh sebuah badan PBB. Saya memotretnya  di pintu masuk utama Rumah sakit tersebut dan di depan pintu masuk unit gawat darurat.

(Pigma Micron Pen # 0,05; 0,1 dan 0,2, Cotman Water Color di atas plain notebook A5)

Ambulan Siaga RS Fatmawati.
tiga buah ambulan yang diparkir ini terletak di bagian samping kanan ruang Instalasi gawat Darurat. Meski cuaca agak panas tetapi tempat saya duduk cukup teduh dan angin sepoi. Saat menyelesaikan skets ini beberapa kali saya melayani seorang keluarga pasien yang kebingungan mencari letak gedung PMI yang letaknya cukup jauh dari RS ini. Saat kondisi kritis seperti ini;mengantar orang sakit dan baterei telepon seluler nyaris drop menjadikan orang tersebut panik. Sempat saya meminjamkan telepone seluler saya dan membuat peta rute perjalanan ke gedung PMI untuk pengambilan darah bagi si pasien. senang rasanya bisa berbagi seperti itu...

(Pigma Micron Pen # 0,05; 0,1 dan 0,2, Cotman Water Color di atas plain notebook A5)

Wednesday, March 24, 2010

SEPUTAR PASSER BAROE JKT

Pagi yang cukup cerah pada 23 Maret 2010, sambil jalan pulang saya menyempatkan sketch hunting di Senen dan Passer Baroe. Sebenarnya banyak obyek menarik untuk diskets, karena pertimbangan kondisi tubuh setelah tidur larut malam saya hanya pilih beberapa objek yg memiliki daya tarik kuat saja. Berikut bbrp skets yg sy hasilkan:

Gedung Kuno Pizza Hut, merupakan satu-satunya gedung kuno yg masih diperertahankan di kawasan Atrium Senen. Sebelum kompleks Atium Senen dibangun, di sekitar ini banyak berdiri bangunan kuno sejenis dan gedung ini dipertahankan sebagai pertanda akan keberadaan kawasan tersebut pada masa lalu. Karena bentuknya yang antik keberadaan gedung ini menjadi sangat mencolok.
(Kenko Hi-Tech-h gel pen #0,28, Cotman water color di atas Plain Note Book A6)

Gereja Ayam, demikian masyarakat sekitar menyebutnya. Disebut demikian karena bentuk ayam pada arah mata anginnya. Bangunan ini sudah berumur sekitar 150-an tahun. Sekarng masih aktif digunakan untuk kebaktian umat kristiani. Saya mensektsnya dari bawah pepohonan yang rimbun dan teduh dengan semilir angin yang cukup membuat orang mengantuk.
(Kenko Hi-Tech-h gel pen #0,28, Cotman water color di atas Canson creative Sketch Journal A4)

Seekor anjing hitam di pelataran Gereja Ayam. Satu dari dua anjing yang saya temukan di halaman gereja, satunya lagi warna coklat kemerahan. saya belum sempat menyeketnya karena sudah kabur entah kemana.
(Kenko Hi-Tech-h gel pen #0,28, Cotman water color di atas Plain Note Book A6)

Antrean Bajaj di gerbang Passer Baroe. Saya mensketsnya dari atas jembatan busway.
(Kenko Hi-Tech-h gel pen #0,28, Cotman water color di atas Canson creative Sketch Journal A4)

 
Gedung Kesenian Jakarta. Saya skets sekitar satu bulan yang lalu, pada malam hari saat menjemput istri setelah pagelaran tari bertajuk Paragreg dari sanggar tari DLDC. Penerangan saat saya menskets hanya dari lampu jalan karena saya berada di luar pagar gedung. Saya pun tidak bisa menyelesaikannya karena gerimis mulai turun dan mulai membasahi sketchbook saya.
(Kenko Hi-Tech-h gel pen #0,28, Cotman water color di atas Plain Note Book A6)

Sunday, March 21, 2010

SEPUTAR KALI BESAR, JAKARTA

Kawasan Jakarta Kota kaya dengan gedung-gedung beraksitektur Eropa lama yang sangat indah dengan detail bangunan serta ornamen yang memesona. Namun seperti kota2 lainnya, banyak pula gedung yg indah itu tidak terawat dengan baik, kondisinya memperihatinkan dan terlantar.
Bila melihat dari sisi geografisnya, kawasan Jakarta Kota hampir mirip dengan kawasan Kota Lama di Semarang. Menurut sejarah pada zaman Penjajahan Belanda dulu, kawasan tersebut merupakan kawasan pergudangan yang dekat dengan pelabuhan besar. Agar barang dari kapal bisa sampai di gudang, diciptakan kanal-kanal untuk dilalui perahu yang membawa barang dari kapal ke gudang. Tetapi sekarang semua kanal sudah tidak bisa lagi dilalui perahu karena pendangkalan dan sistem pengairan yang buruk. Yang tersisa hanyalah aliran sungai yang kotor dan nyaris tidak mengalir serta bau yang cukup menyengat...

Berikut beberapa gedung yang saya skets saat saya lewat di sekitar Kali Besar Jakarta.

 Gedung Asuransi Jakarta, Kota

Nama Gedung tidak tahu, terletak sekitar 50 m dari gedung asuransi.
Keduanya berada di tepi Kali Besar.

Bayangan saya di Kali Besar yg cukup kotor dan agak bau...


Toko Merah, dindingnya yg dibuat dari batu bata merah yg tersusun rapi menjadi ciri kuat gedung ini.

Beberapa foto saat menskets:

Sunday, January 3, 2010

SKETS SAAT DI SEMARANG

Awal Desember 2009 saya berkesempatan untuk pulang kampung, Semarang untuk sebuah acara keluarga. Sebenarnya banyak objek menarik untuk diskets tetapi saya tidak punya waktu yang cukup untuk itu. Beberapa skets saya buat saat dalam perjalanan untuk sebuah tujuan.
Berikut hasilnya...


Di Stasiun Pasar Senen
Pedagang dan penumpang yang menunggu kedatangan kereta berbaur di sekitar stasiun Senen Jakarta.
Saya berhasil menyelesaikan skets ini saat kereta sudah siap berangkat ke Semarang, mungkin saya penumpang terakhir yang naik ke gerbong...



Auditorium UNNES
Dahulu bangunan ini bernama Auditorium IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan). Saat saya masih kuliah, bangunan ini terkesan megah dan menjadi salah satu ikon bangunan milik IKIP. Sekarang kondisinya cukup memperihatinkan, terkesan tidak terawat. Mungkin karena seluruh aktivitas perkuliahan sekarang berpindah ke lokasi yang lebih representatif di daerah Sekaran. Tetapi saat saya mensketnya sepertinya bangunan ini sedang direnovasi, hal ini terlihat dari tumpukan material yang terserak di halaman auditorium.


Gedung PTP
Gedung ini berlokasi di kawasan kota tua Semarang, tepatnya di jalan Empu Tantular atau di samping sungai Berok. Salah satu bangunan yang cukup artistik dan favorite saya selain Lawang Sewu, gereja Blendhuk dan Gereja Gedangan. Tetapi sayang, nasibnya tidak jauh seperti bangunan lainnya di kompleks ini, tidak terawat, lapuk, nyaris hancur dibanyak bagian bahkan menara di sayap kiri sudah tigaperempatnya runtuh karena lapuk dan mengguritanya akar benalu yang tumbuh subur.
'Hebatnya' bangunan ini masih difungsikan sebagai kantor dengan beberapa karyawan yang masih aktif!





Dua Profesi
Gambar yang paling atas adri dua halaman ini adalah seorang pedagang durian yang saya temui di pertigaan Jl. Veteran samping RS Kariyadi Semarang. Sementara yang lain menggambarkan aktivitas seorang tukang pijat keliling yang saya temui di depan sebuah kios pinggir jalan keluar terminal angkot Pasar Johar (seberang gedung PTP) yang cukup kumuh.


Penumpang KA Senja Utama
Perjalanan balik ke Jakarta....
Seorang penumpang dan anaknya sedang terlelap di kursinya. Kenyamanan tidurnya berakhir sampai di stasiun Pekalongan. Ia harus berpindah tempat karena tempat duduk yang dia guanakan milik penumpang lain... Terpaksa dia tidur di lantai beralaskan kertas koran!